Kamis, 19 Agustus 2010

MEMPERKOSA ANNISA

Ini kisahku yang lain dengan adik kelasku yang lain. Sebut saja namanya Anissa. Saat itu ia kelas tiga. Pertama kali aku bertemu dengannya aku tak terlalu tertarik padanya. Bukan karena ia tidak menarik, tapi karena aku sudah pernah merasakan persetubuhan dengan gadis lain yang jauh lebih cantik. Memang aku ini obsesif terhadap perempuan berjilbab, mungkin karena aku selalu melihat gadis SMU berjilbab selama aku SMU dulu.
Sebenarnya aku cukup menghormati Anissa, kalau saja ia tidak bohong soal fotonya yang akan diberikannya padaku. Well, aku pun tidak bilang bahwa aku meminta foto seksinya. Tapi itu sudah cukup membuatku sakit hati mengingat aku bukanlah seorang pemaaf.
Akhirnya tibalah kesempatan bagiku, yang berarti itu adalah hari yang paling naas baginya. Hari itu aku mengajaknya minum jus di depan almamaterku. Tanpa sepengetahuannya, kucampur jus bagiannya dengan obat perangsang dan kuberikan jusnya padanya. Hari itu benar-benar panas sehingga tanpa mencicipinyapun dia langsung meminum jusnya dengan lahap. Tak lama kemudian akupun melihatnya kegerahan akibat obat perangsang yang kucampurkan pada jusnya. Melihat keadaan itu akupun mengajaknya masuk ke mobilku (yang kukatakan padanya bahwa itu mobilnya). Anissa yang masih belum sadar tidak begitu menyadari bahwa aku menyuruh sopirku membawa kami ke hotel terdekat, begitupun saat aku mem-booking kamar untuk kami berdua. Kukatakan padanya, �Kita cuma istirahat sebentar�.
Ia baru agak menyadarinya ketika sudah berada di kamar dan pintunya kukunci. Ia mencoba untuk kabur, tapi terlambat. Pintunya sudah kukunci. �Jangan banyak lagak. Di sini Kakak udah siapain intel-intel bapaknya Kakak!� ancamku dingin (tapi bohong). Anissa menyadari bahwa dirinya sepenuhnya ada dalam cengkeramanku. Ia mulai terduduk di lantai kamar hotel, dan menangis, sambil bertanya, �Apa salah aku , Ka�?�. Aku tak menjawab, hanya mengacungkan fotonya yang ia berikan padaku. �Apa yang kurang, Ka�?� tanyanya sambil terisak-isak. �Kamu tau sendiri Kaka� lebih suka foto seksi� kataku dingin. �Kalau itu yang Kakak minta, saya bisa ngasih sekarang... Tapi saya mohon lepasin saya� mohonnya. �Heh, sekarang terlambat� jawabku dingin, sambil menghampirinya untuk meraih pinggangnya. �AAAHH, jangan, Ka�� mohonnya, yang tak kupedulikan. Aku ingin tahu, bisa apa dia dengan obat perangsang yang kucampurkan dalam minumannya tadi di sekolah. Kudorong ia hingga ia menabrak ranjang. Kubalikkan tubuhnya yang masih berseragam lengkap termasuk jilbab putihnya dan kutindih dia. Kuraih kepalanya dengan kedua tanganku dan kuciumi serta kulumat bibir tebalnya yang sensual. �Mmmmmmhhhhh... mmmmmmhhh...� suaranya tertelan lumatanku. Tanganku mulai beraksi dengan meraih dan meremas-remas payudaranya. Kubuka kancing-kancing baju batik seragamnya dan, �Wooow, indah sekali� pikirku melihat sepasang payudara dengan kulit putih ukuran 32A-nya dengan BH warna putih terpampang di hadapanku. Tanganku tak tinggal diam dan mulai meremas-remas payudaranya yang kini terlihat dengan indahnya. Anissa hanya bisa mendesah-desah sambil terus menangis. Air matanya membasahi pipinya yang berjerawat remaja. Kutarik celana dalamnya dan kuraba-raba kemaluannya. �Ssssssssssshhhtttt...� desisnya ketika lobang kemaluannya itu kutusuk-tusuk dengan jariku, kemudian kucari klitorisnya. Kugesek-gesek klitorisnya dan kuhisap puting susunya. Hal itu menimbulkan rangsangan yang tidak bisa disangkal lagi olehnya. Kurasakan jariku mulai basah oleh cairan yang keluar dari vaginanya. Kucabut jariku dari vaginanya dan kutarik dia agar berdiri, lalu kutarik tangannya hingga ia berdiri; kusuruh dia menghadap meja rias dan membungkuk di depan meja bercermin itu. Kunaikkan rok putihnya sampai sebatas pinggang. Anissa sudah tidak menangis lagi. Air matanya sudah kering, atau ia memutuskan untuk pasrah saja, aku tidak tahu.
Kukeluarkan penisku dan kugesek-gesekkan penisku ke bibir kemaluannya. Badan Anissa bergetar karena hal ini. Kumasukkan penisku dari belakang ke liang senggamanya secara perlahan karena rapatnya kemaluan adik kelasku ini sehingga kurasakan penisku semakin diurut oleh dinding kemaluan gadis ini. Setelah kepala penisku masuk, tanpa ampun lagi kupaksakan seluruh penisku masuk ke dalam liang senggamanya sampai mentok �AAAAAAGH� jerit Anissa kesakitan sembari mendongakkan kepalanya yang masih mengenakan jilbab putih ketika keperawanannya kujebol dengan mudah. Kubiarkan diriku menikmati denyutan dan isapan dinding kemaluan gadis ini terhadap penisku. �Ohhhh...� desahnya lemah sambil menundukkan kepalanya saat kudiamkan saja ia selama beberapa puluh detik itu. Kutahu bahwa penisku ini rasanya sangat menyesakkan baginya.
Melihat keadaan itu akupun mengejeknya. �Nis, waktu itu kamu jual mahal, �kan ke Kakak? Enak yach, sekarang� ejekku. Kulihat di cermin di hadapan kami, wajahnya yang berjilbab dan masih menarik itu terlihat memerah karena kesal dan mungkin karena malu melihat wajahnya di cermin, ia kembali menundukkan wajahnya itu. Aku tak membarkan diriku diam berlama-lama. Kugenjot tubuh adik kelasku ini dari belakang dan desahannya mulai terdengar kembali. Kulihat di cermin bahwa mukanya yang masih mengenakan jilbab itu semakin memerah dan matanya kembali mengucurkan air mata, mungkin karena malu melihat dirinya diperkosa dalam seragam lengkap plus jilbab. �Ahhh... ahhh... ohhh... ohhh... ihhh... ohhh...ouhhh...� desahnya ketika kugenjot ia dengan sepenuh tenaga. �Ohhh... ahhh... Nisii... ennak, yahhh... ouhhh�, ejekku sambil membalas desahannya. �Brengseekh..., ouhhhh... Kakakhhh... ouhhhh... brengseeekhh...� umpatnya ketika mendengar ejekanku. Kuanggap itu sebagai simfoni indah yang mengagumkanku. Plakkk.. plakkk... plakkk... bunyi benturan antara pantatnya yang sekal dengan pangkal penisku saat lubang kemaluannya kusodok sekuat tenagaku semakin menambah indahnya suara simfoni persetubuhan terlarang ini.. Sesekali kuremas pantatnya yang sekal dan payudaranya yang montok itu. �Ouhhh... ohhh... ohhh...� semakin lama desahannya semakin cepat dan keras dan tak lama kemudian kurasakan bahwa Anissa akan mencapai orgasmenya mengingat denyutan liang nikmatnya semakin cepat dan keras.
�AAAAH, KAKAAK� teriak Anissa sambil mendongakkan kepalanya saat ia mencapai orgasmenya yang pertama. Dari liang senggamanya kurasakan keluar cairan nikmat yang�ketika nantinya kulihat�berwarna kemerahan karena tercampur dengan darah keperawanannya. Kucabut penisku dari liang senggamanya dan iapun ambruk membentur pinggiran meja riasnya. Kulingkarkan tanganku ke pinggangnya yang langsing dan kubawa ia ke ranjang, setelah itu kuposisiskan ia agar menungging. Ia hanya bisa pasrah; mungkin karena gabungan dari efek obat perangsang yang tadi kucampurkan pada minumannya dan efek dari kelelahan akibat genjotanku yang ganas pada liang senggamanya.
Kulepas jilbabnya dan kulihat rambut sebahunya yang indah; kemudian kuposisikan diriku di belakangnya. Kembali kuarahkan penisku pada bibir vaginanya dan kuarahkan kepala penisku untuk memasuki liang nikmatnya. �AARGHHH...� erang Anissa keras ketika kupaksakan penisku menerobos vaginanya sampai membentur rahimnya. Kudiamkan penisku ini sejenak dalam liang kemaluannya, kemudian kembali kugenjot gadis ini dengan ganas. �Ohhh... ohhh... ahhh...ahhh... euhhh... euhhh...�erangnya keras karena kusodok liang nikmatnya dengan ganas.
Tiba-tiba terdengar bunyi dering telepon dari saku Anissa. Kuhentikan sejenak genjotanku, kuambil HP dari sakunya sekalian meraba klitorisnya, kulihat layarnya. Ternyata dari temannya. Kuberikan padanya untuk mengangkat teleponnya sambil berkata, �Angkat, Nis. Kamu tahu, �kan apa yang harus kamu omongin?�. Anissa mengangkatnya. Terdengar dari sana secara samar-samar, �Nis, kamu lagi di mana?�. �Di rumah sodara gue. Emang kenapa?� jawabnya asal. �Yeee, kamu �kan udah janji mau pergi ke PS (Plasa Senayan)?� tanya temannya. Karena usil, kusodok dari belakang dan kuremas payudaranya, sehingga, �Ahhh� dia mendesah perlahan. Hal ini memancing kecurigaan dari temannya, yang bertanya lagi, �Tapi kok suara kamu aneh?� tanya temannya. �Enggak kok. Gue lagi... Ohhh� elaknya ketika vaginanya kusodok lagi dan kembali kuremas payudaranya, sehingga ia mendesah. Mendengar itu sepertinya temannya jadi curiga dan bertanya, �Kamu lagi ngapain�. �Gue nggak lagi ngapa-ngapain, kok. Udah dulu, ya. Gue mau tidur, nih� elaknya sambil mematikan telepon. �Ahhhhh...� desahnya melepaskan tekanan seksual akibat menahan desahannya. Kuejek lagi, �Nis, enak yach ngentot sambil nelpon?�. Anissa menoleh ke arahku, menatapku dengan kesal dan berseru, �Yang tadi itu, kalo misalnya dia curiga, Kakak tamat! Ayo lanjutin biar cepat selesainya!�. Aku hanya terpana saja mendengar kata-katanya yang terakhir. Kembali kulanjutkan genjotanku pada gadis belia ini. �Mana genjotan yang tadi, Kak?� tanyanya sinis. Ternyata perkosaan yang kulakukan untuk mempermalukannya ini telah membangkitkan nafsunya. Mendengar kata-katanya, langsung saja kugenjot gadis ini dengan ganas. � AAARGHHH... AAARGHHH... AAARGHHH...� desahan lirihnya kini telah menjadi sebuah erangan keras�atau lebih tepatnya, teriakan. Suara kami telah menjadi iringan simfoni yang sangat indah menurutku�dan juga menurutnya setelah selesai nanti.
Seiring dengan genjotanku yang ganas, Anissa pun mencapai orgasmenya yang kedua. �OHHH....� teriaknya. Saat itu juga, kutancapkan penisku dalam-dalam sampai menyentuh rahimnya dan karena kemaluannya meremas penisku dengan kencang akibat orgasmenya, aku pun mencapai ejakulasiku. �Ahhh...� seruku sambil menyemprotkan spermaku ke rahimnya. Kubiarkan penisku dalam vaginanya dan setelah Anissa ambruk ke ranjang, akupun menindih tubuhnya dari belakang. Jam enam, pikirku melihat jam meja di meja samping ranjang. �Nis� bisikku sambil mendekatkan bibirku ke telinganya, �Maafin Kakak, ya. Kakak panik waktu denger kamu mau kuliah di Australi. Kakak bener-bener minta maaf�. �Terus Kakak mau gimana?� tanyanya, terdengar kesal. �Kakak pamit dulu...� mohonku. �Eh, tunggu dulu, Ka�� serunya, �Besok, �kan hari libur... Masa� habis kayak gini Kaka� mo ninggalin aku gitu aja?� tanyanya. Mendengar ucapannya aku heran. �Jadi kamu maunya apa?� tanyaku kesal karena malah terkunci dengannya. �Bo-Nyok (Bokap-Nyokap) aku lagi keluar kota. Pulang Minggu malam. Jadi...� kata-katanya terputus. �Maksudnya, kamu minta aku nemenin kamu di hotel ini?� tanyaku. �Semalem aja� jawabnya mantap, hingga akupun jadi bingung. �Iya, deh...� jawabku.
Setelah itu ia menawariku membuat foto seksinya. Kuatur dia seolah aku adalah fotografer profesional. Foto pertama, jilbabnya kugelung dan kubuka dua kancing atas kemejanya. Foto kedua, jilbabnya tetap digelung dan kubuka dua kancing atas lagi. Foto ketiga, jilbabnya dilepas dengan kancing atas tetap empat buah terbuka. Foto keempat, jilbabnya normal kancing atas terkancing dan kancing bawah sampai atas pusar terbuka dan disampirkan sehingga pusarnya terlihat. Foto kelima, kulepas kancing roknya tapi tidak jatuh lalu kuminta membungkuk dan menoleh padaku. Foto keenam, roknya jatuh tapi yang lainnya tidak. Ia melakukan semuanya dengan baik. �Aku mo mandi. Mo ngerekam, nggak?� tanyanya. �Boleh, nih?� tanyaku. Kulihat ia tersenyum dan berkata, �Ayo�. Kuikuti dia ke kamar mandi dan kurekam semuanya, setelah itu aku bergabung untuk mandi dengannya.
�Kamu gak marah di...?� tanyaku setelah ia selesai mandi, namun masih tetap telanjang. �Diperkosa Kakak? Nggak. Kesel sih iya. Sakit tau. Ampe lecet, deh kayaknya...� jawabnya agak ketus. Aku diam saja. �Kamu gak nyesel perawan kamu Kakak ambil?� tanyaku. �Telat tau Kakak bilang gitu� jawabnya sebal. �Ayo, Kak. Sekalian aja Kakak ngehamilin aku� tantangnya. Mendengar itu aku mulai merangsangnya lagi. Kuraih kepalanya dan kuciumi bibirnya. Kucupangi lehernya, lalu kuturunkan kepalaku ke arah payudaranya dan kujilat serta kuhisap putingnya. �Kakak senang ya nyusu ke aku?� tanyanya. �Yup!� jawabku senang. Ia tidak bisa menjawab lagi karena mulutnya sibuk mendesah-desah sementara tangannya meremas-remas kepalaku. Tangan kananku meraih payudara kirinya dan meremas-remasnya dengan gemas. Kubaringkan ia ke ranjang dan kubuka belahan pahanya sehingga posisinya mengangkang, lalu kuposisikan diriku sehingga tepat di tengah-tengah pahanya. Tangan kiriku berpindah ke payudara kanannya sementara mulutku asyik mencupangi belahan dadanya, sedangkan tangan kananku mulai beraksi di selangkangannya. �Ahhh... ahhh...� desahnya pelan. Merasakan aksiku mulai merangsangnya, kembali kulumat bibirnya yang tebal itu, kuposisikan kedua lenganku dengan bertumpu di depan sehingga berada di antara ketiaknya dan kuminta ia meraih penisku untuk menempelkannya di bibir kemaluannya.
Kuturunkan tubuhku perlahan-lahan dan, �Oooohhhhssssstttt...� desisnya ketika penisku kembali memasuki liang senggamanya. Kuturunkan tubuhku secara perlahan hingga penisku terbenam penuh dalam denyutan dinding vaginanya. Setelah penisku tenggelam dalam vaginanya, kurangkul kepalanya dan kunaik-turunkan pinggulku. �Ohhh... teruusss... teruussss....� desahnya lembut. Kembali kulumat bibirnya dan iapun membalasnya dengan memainkan lidahnya di mulutku. �Mmmmhhh...� ciuman nafsu kami berdua terjadi dengan panasnya.
Malam pun semakin larut dan kami masih saling mengeluarkan nafsu kami. Tak lama kemudian kurasakan gadis ini semakin kelelahan akibat kugenjot dalam tiga ronde. Merasakan hal itu kudekatkan bibirku ke telinganya dan kukatakan, �Nis, kamu gak cape�?�. �Mang napa?� tanyanya. �Gak, habis kamu kaya�nya udah cape�� jawabku, �Habis yang ini udahan, yach�. �Iya, deh� sahutnya. Kembali kugenjot tubuhnya yang putih itu. Setelah kugenjot selama beberapa menit kemudian, kelihatannya Anissa akan mencapai orgasmenya. Kupercepat genjotanku dan, �Oooough... hhhhhssst...� serunya saat mencapai orgasmenya. Karena kurasakan penisku semakin diremas dinding kemaluannya, akupun tak dapat bertahan lebih lama lagi. �Arrrrgh...� erangku nikmat sambil menyemprotkan spermaku ke rahimnya. Seluruh cairan sperma yang kusemprotkan pun tertampung dalam rahimnya sehingga kini kemungkinannya untuk kuhamili semakin besar saja. Kubiarkan penisku tertancap dalam kemaluannya agar menyusut sendiri. Dan setelah menyusut, kubiarkan penisku agar keluar sendiri. �Nis� panggilku sambil menaruh dahiku di antara payudaranya. �Mmmm...?� tanyanya. �Tidur dulu, ya...� pintaku. Anissa langsung membalikkan tubuhnya dan sebelum tidur dengan nyenyak, menelepon teman-teman dan rumahnya untuk membuat alasan agar mereka tidak curiga. Akupun kembali mandi dan mengenakan bajuku. Wah sudah jam sembilan, pikirku. Dan tidur di sampingnya.
Keesokan harinya kulihat Anissa sudah kembali mengenakan seragam sekolahnya. Yang jadi masalah sekarang di rok putihnya ada bekas darah yang terlihat jelas sekali. Kubantu memasangkan sarung untuk melapisi roknya dan ia bilang, �Lain kali pakai kondom, ya. Jangan nyampe ada yang kayak aku atau Kak Amanda  lagi. Benernya aku lagi subur tadi malem�. Aku terkejut dan bertanya, �Nis, darimana kamu dengar tentang Kak Amanda?�. �Gampang ketebaknya. Kak Amanda diperkosa ketika sedang berjilbab. Pelakunya pasti sama, �kan? N Kakak obsesan ama jilbaber, �kan?� jawabnya kalem. Kuucapkan perpisahan dan terima kasih (aku tidak minta maaf padanya; percuma) atas malam yang luar biasa darinya.
Sejak itu aku tak pernah melihatnya lagi sampai ia lulus SMA dan pindah ke Australia untuk melanjutkan sekolahnya. Setahun kemudian aku menerima e-mail darinya dan ia menyertakan foto anaknya juga. Yang mengejutkanku adalah e-mailnya. �Ini anak Kakak juga, lho� tulisnya dalam e-mailnya. Anaknya tampak imut. Aku menyesalinya; bukan karena perkosaanku padanya, tapi karena saat itu aku tak sanggup menikahinya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar