Kamis, 19 Agustus 2010

EVA SI GADIS ALIM

Ini kisahku yang lain dengan adik kelasku yang lain. Namanya Eva Devi. Saat itu ia kelas tiga. Pertama kali aku bertemu dengannya, aku sudah tertarik dengan wajah manisnya yang mengenakan kacamata dan jilbab; tapi aku tidak terlalu memperhatikannya karena aku sudah pernah merasakan persetubuhan dengan gadis lain yang jauh lebih cantik. Memang aku ini obsesif terhadap jilbaber, mungkin karena aku selalu melihat siswi-siswi berjilbab selama masa SMA-ku.
Wajah manis Eva manis yang menggodaku selama ini akhirnya bisa kunikmati juga. Dengan "bantuan"dari teman seangkatannya yang untuk lebih amannya kita sebut saja Andria. Kusebut "bantuan'"(dengan tanda petik), karena sebenarnya ia juga kuancam bahwa jika ia menolak membantuku, aku akan menyebarkan foto-foto seksinya yang ku-bluetooh dari HP-nya ketika kupinjam HP-nya. Kuminta ia untuk membantuku serta mengkhianati dan menjebak beberapa teman satu angkatannya. Akhirnya Andria pun bersedia untuk membantuku.
Akhirnya jebakan yang kupasang mulai mengena ketika suatu ketika kulihat Andria yang masih berseragam lengkap termasuk jilbab lebarnya, mengajak Eva yang juga masih berjilbab ke lantai atas yang sepi. Aku pun bersembunyi dan saat Andria mulai menciumi bibir Eva, aku pun mulai merekam adegan itu. Saat tangan Andria mengelus leher Eva yang masih berjilbab, Eva yang menyadari bahayanya semakin gelisah dan mencoba untuk menyadarkan Andria. Kulihat dari tempat persembunyianku, Andria mulai memeluk dan menggerayangi punggung Eva. Kulihat juga bahwa Andria semakin bernafsu dan mulai meraba-raba tetek Eva. "Mmmmhhh... sudah dong Ndri" kudengar suara Eva mencoba menyadarkan Andria. "Ah, Eva, nih. Ga' ada siapa-siapa juga" kudengar sanggahan Andria.
Melihat Eva sepertinya hendak mencoba kabur dari Andria, akupun keluar dari persembunyianku. Eva yang terkejut karena melihatku membawa HP Nokia N73-ku pun berhenti. "Lho, Kakak ngapain di sini?" tanyanya kaget. Melihatku yang memegang N73 yang tutup kameranya terbuka, ia pun segera mengerti. "Kakak mau aku bayar berapa?" tanyanya panik. Dengan tenang kujawab, "Kakak, sih gak butuh uang kamu. Simpen aja, deh. Kakak maunya perawan kamu" jawabku dingin. Jawabanku tentunya membuat Eva terkejut. Kulihat Andria pun tak kalah terkejutnya mengingat aku hanya memintanya untuk berciuman dengan Eva. "Bajingan" bentak Eva yang mulai marah seakan hendak menabrakku. Kujawab dengan dingin, "Eh, daripada marah ke Kakak, mending marah ke dia aja�"sambil menunjuk Andria, "Kan dia juga ikutan rencana ini". "Hah jadi kamu juga, Ndri?" tanyanya. "Sori, Va. Habis aku juga diancem ama dia" jawab Andria pasrah. Sambil menatapku Andria berkata, "Pliz, Kak. Biar aku aja. Pliz, jangan libatin Eva". "Gak mau. Kan kamu udah janji biar duduk manis" jawabku melecehkan.
Kusuruh Eva duduk di tumpukan matras dekat situ. Sambil berusaha menahan perasaannya, Eva pun mematuhi arahanku. Kudorong tubuhnya agar berbaring sedangkan kakinya menjuntai ke lantai, lalu kusuruh Andria melakukan blowjob untukku. Eva yang terkejut dengan keadaan Andria hanya bisa terperangah melihat teman seangkatannya itu mengoralku. Kubuka bajuku, lalu kuelus�elus dan kuciumi bibir Eva. Kurasakan nikmat yang luar biasa saat mengerjai dua orang gadis berjilbab ini. Kubuka kancing-kancing kemeja batik Eva, lalu kuminta ia agar membuka kancing dan menurunkan reluiting rok panjang putihnya. Saat ia menurunkan rok panjangnya �Gilaaa� pikirku kagum. Kulihat sepasang paha putih mulus yang memakai celana dalam krem tipis berenda. Kulumat bibirnya dan kuremas-remas teteknya yang masih terbungkus BH berwarna krem, lalu kulepas BH-nya. Terlihatlah sepasang tetek 30A yang sangat indah; yang pantas dimiliki oleh pemilik tubuh itu. Sengaja tidak kulepas jilbabnya karena menurutku akan lebih menggairahkan apabila ia disetubuhi dengan jilbab masih terpasang.
Kembali kuraba, kuremas, kuciumi, kucupangi dan bahkan kuhisap sepasang tetek berukuran 30A milik Eva. "Aaaaah... jangan, Kak" ujanya lirih. Tentunya ia tak mau mengerang lebih keras lagi. Masih untung jika yang datang adalah salah seorang dari guru-gurunya dimana ia bisa minta perlindungan. Kalau misalnya yang datang itu pesuruh pria, habislah dia karena bisa-bisa dia digilir oleh para pesuruh pria di sekolah ini yang jumlahnya kuhitung tidak kurang dari sepuluh orang.
Ketika kuraba pangkal pahanya, kurasakan bahwa memeknya mulai basah. Kulepas celana dalamnya, kemudian kukorek-korek liang nikmatnya dengan jari telunjukku sampai cairan memeknya mulai mengucur dengan derasnya. "Ooooogh..." desahnya ketika sampai ke puncak orgasmenya akibat jariku.
Kutarik tangannya agar berdiri dan kusuruh dia membungkuk dengan bertumpu pada sepasang lutut dan telapak tangannya. Kuhentikan blowjob yang kusuruh Andria agar melakukannya, lalu kuselusupkan kontolku yang sudah menegang lewat belakang pangkal paha Eva. Kurasakan dan kulihat badan Eva gemetar ketika kurasakan bahwa ujung kontolku menyentuh bibir memeknya. Kudorong kontolku agar memasuki liang senggamanya sedikit demi sedikit. Kusadari bahwa gadis ini masih perawan. "Aargh..." erangnya ketika kontolku memasuki kemaluannya. Begitu kepala kontolku telah masuk sepenuhnya dalam lubang memeknya, langsung kudorong kontolku dengan kecepatan penuh hingga mentok menyentuh rahimnya. "AAAAAHHHH" jerit Eva sambil mendongakkan kepalanya yang masih berjilbab itu. Kuyakin sakit sekali rasanya baru pertama kali sudah digenjot sekencang itu. Aku pun mendesah nikmat karena kontolku terjepit erat. "Kakak nggak nyangka, lho kalo kamu masih perawan. Temen kamu si Andria aja udah jebol duluan. Hehehe..." ejekku yang kuyakin membuat telinga Eva dan Andria panas. Setelah semenit kudiamkan kontolku, langsung kutarik kontolku dengan cepatsampai hanya kepalanya saja yang tinggal dalam memeknya. Kutahu perlakuanku ini akan membuatnya merintih kesakitan. Setelah itu langsung kusentak ke dalam hingga ujung kontolku menyentuh rahimnya. Slackk!! Scrrct!!, terdengar bunyi kontolku yang menggesek dinding memeknya. "AAAAAAWWWGH" jerit Eva keras sekali sampai�sampai ia kembali mendongakkan kepalanya yang masih berjilbab itu lagi. Kuulangi hingga lima sampai sepuluh kali seperti itu. Kuyakin bahwa dinding memeknya pasti bakal lecet total karena lendirnya takkan sempat melumasi seluruh kontolku. "AAAWWGH, AWWGH, AAAAWWGH" jerit Eva seolah anusnya yang kujebol karena gesekan keras antara kontolku dengan dinding liang senggamanya yang masih rapat dan masih belum banyak lendirnya. Sekilas kulirik wajah Andria yang shock melihat caraku memperkosa Eva. Kuraih dan kuremas-remas kencang tetek 30A yang indah milik Eva yang kuyakin makin menambah deritanya. Seiring dengan cairan memeknya yang semakin banyak, akupun merasa bahwa sudah cukup penyiksaan seperti itu. Kugenjot dengan lambat dan lembut hingga Eva merasa heran dengan perubahanku. Lima genjotan yang agak keras menaikkan kembali birahinya dan kembali kugenjot ia dengan lambat, kemudian kupercepat karena aku tidak ingin buru-buru keluar. Eva membuka pahanya agar tidak terlalu perih. �Pelan-pelan, Kak. Perih� keluhnya lirih. Mendengar hal ini akupun jadi iba padanya, tapi aku harus bilang apa; bagaimanapun nafsuku harus kulampiaskan. Kugenjot dengan tempo yang berganti-ganti lambat dan cepat tapi dengan irama yang tidak terlalu kasar. Sepertinya ia sudah kehabisan tenaga akibat menahan sakit ketika aku menggenjotnya dengan gaya yang brutal sebelumnya dan memilih untuk menikmati perkosaan ini. Nafasnya pun terengah-engah akibat kelelahan yang dideritanya. Sesekali kuremas pantat sekal dan tetek 30A miliknya; putingnya yang berwarna coklat muda itu kutarik-tarik dan kupilin-pilin. "Ohhh...ohhh...ohhh..." desahan nikmatnya pun mulai terdengar seirama dan makin mencapai kemerduan yang kuinginkan. Seiring dengan genjotanku, Eva pun tak sanggup lagi menahan orgasmenya. �Oooough� lenguhnya pelan sambil mendongakkan kepalanya yang masih berjilbab. Wajahnya yang masih berkacamata pun terlihat erotis. Kurasakan bahwa kontolku terbaluri dengan cairan memeknya dan setelah kucabut kontolku, kulihat memeknya yang kini basah akibat cairan memeknya yang kulihat berwarna kemerahan karena bercampur dengan darah perawannya.
Setelah ia mengalami orgasmenya yang kedua ini, kubalikkan tubuh telanjangnya dengan kepalanya yang masih mengenakan jilbab hingga menghadapku dan kubaringkan ia di tumpukan matras. Kubersihkan memeknya dengan sapu tangannya, kemudian kutindih tubuhnya dan kuciumi serta kucupangi seluruh wilayah dadanya. Eva hanya dapat melenguh pelan dan menggigiti jarinya ketika kugigiti dan kuhisap puting susunya. Dalam waktu tak kurang dari lima menit wilayah dada Eva sudah basah kuyup oleh keringatnya dan air liurku.
Kuposisikan tubuhku sehingga tepat berada di atasnya dan kubuka kedua belah paha Eva yang sepertinya sudah pasrah sehingga kedua alat vital kami bersentuhan, lalu kuarahkan kontolku ke arah memeknya. Badan Eva gemetar ketika kontolku memasuki relung tubuhnya dengan perlahan; tangannya pun mencengkram bahuku. Begitu kontolku masuk sebagian, kusentak pantatku ke depan sehingga kontolku pun meluncur deras hingga menyentuh rahimnya. Kurasa adik kelasku ini pun kembali merasa nyeri pada dinding memeknya karena kulihat wajahnya yang masih mengenakan jilbab itu mengernyit dan, "Aaa...auhhh" kudengar jeritannya saat kontolku kembali memasuki rahimnya.
Kembali kuciumi serta kulumat bibir ranumnya lalu kutautkan lidahku dengan lidahnya. "Mmmmppph..." desahnya tertahan oleh lumatanku. Kembali kugenjot tubuh bugilnya yang hanya mengenakan jilbab di kepalanya itu. Secara refleks ia melingkarkan tangannya ke punggungku. Kedua kakinya pun melingkari pinggangku, seolah mengatakan, "Terus, Kak. Masukin lebih dalam lagi. Please". Sambil menggenjotnya, kuturunkan kepalaku ke arah lehernya. Kuberi beberapa cupangan di lehernya dan kuturunkan lagi kepalaku ke arah dadanya. Ketika bibirku sampai di wilayah dadanya, kembali kujilati tetek 30A-nya dan kuhisap puting susunya; bahkan sesekali kujilati puting susunya dan kucupangi belahan dadanya. Sebagai akibatnya, iapun makin kelojotan. Kedua tangannya yang disampirkannya di kepalaku pun tak mau ketinggalan bereaksi dengan meremas-remas kepalaku dan mendekatkan mukaku ke dadanya. "Ahh, Vaiiii...naaaa. Ouuhhh... Memmmekkk... kammuu... emangg... nikmaaatth.... Kakakh... enggak...nyangkaa... kalloo... kammu... bisaa... senikh...math... inniiih..." sindirku. Eva sepertinya tidak mempedulikan sindiran itu lagi. Ia sudah tidak bisa memperhatikan lagi. Tenaganya agaknya sudah benar-benar terkuras akibat kugenjot memeknya habis-habisan dengan tempo yang berubah-ubah ketika orgasmenya tiba kembali. �Aaaaakh� erangnya pelan menikmati orgasmenya yang kedua kalinya. Cairan memeknya kembali menyembur memenuhi liang senggamanya. Sebagian cairan nikmatnya pun keluar membasahi pangkal pahanya dan matras yang kupakai sebagai alas.
Batang kontolku yang berada dalam liang senggamanya pun terasa direndam dengan cairan memeknya yang hangat. Bersamaan dengan itu pun, kurasakan kontolku akan berejakulasi dan, "Ahhh..." lenguhku nikmat. Liang senggamanya pun dipenuhi campuran antara cairan spermaku dan cairan memek. Kucabut kontolku, dan kulihat Andria menghampiri Eva yang ambruk ke samping, menarik tubuhnya, dan memeluknya untuk menenangkannya. Kulihat juga Eva menangis tersedu-sedu dalam pelukan Andria, kacamata yang masih dipakainya itu pun ikut basah karena air mata. Sepertinya ia menyesal karena sempat terjebak dalam perangkap seks ini, bahkan iapun ikut menikmatinya juga. Kulihat pula wajah Andria yang menatap ke arahku seolah dipenuhi nafsu untuk membunuhku, dan juga bagaimana Andria akhirnya memakaikan lagi pakaian Eva untuknya.
Sejak itu hidup Eva sepertinya berubah dari seorang gadis alim serta bertampang cerdas dan manis yang berjilbab dan berkacamata hingga menjadi budak seksku yang binal. Bahkan pada akhirnya kudengar ia jadi bispak papan atas di wilayah dekat sekolahnya. Evalah, bukan Andria, yang pada akhirnya kugunakan untuk menjebak Nisbel, salah seorang yuniornya, di laboratorium kimia bekas sekolahku, serta Dinda, teman seangkatan Eva yang tidak kalah manisnya dengan Eva.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar